Hari panas menjelang sore, emm, sekarang
sekitar jam 2 an waktu indonesia bagian Barat. Hah Cuy, hari ini aku
baru saja menyelesaikan tugas-tugas ku tiap harinya yaitu kuliah dan kuliah,
alias baru palang kuliah, sekarang ini aku
ada dikost.
Memang hari ini panas sekali Cuy cuaca
di Jogja, mungkin panasnya sama seperti panasnya api cinta yang membara, hohoo,
begitulah kiasannya karana panas hari ini terasa menyesak sampai ke dada.
Huh, baiklah mungkin sedikit
minum air es akan membantu meredakan rasa dahagaku, lalu ku buka kulkas yang
ada di depan kamar kost ku niatnya sih untuk mencari sedikit air supaya rasa
dahagaku hilang, aduh bener-bener sial cuy, ternyata di kulkas sama sekali
tidak ada air minum, semuanya kosong, bahkan tidak ada satu pun yang bisa aku
gunakan untuk melepas dahagaku ini.
Oh ya, tenang saja cuy, kan aku masih
mempunyai tetangga kost, siapa lagi dia, kalau bukan si Tello sahabat karibku. Tapi
ada gak ya dia di kamarnya, oke deh tak cek dulu, wah ternyata dia ada di kamar.
“Lo, Tello, aku njaluk ombemu yo?” (Lo,
Tello, aku minta air minummu ya?). Tidak ada sautan darinya, tumben kupikir,
kok dia jadi pendiam seperti itu.
Dari pada banyak ngomong mending aku lihat aja dia sedang apa di dalam kamarnya. Astaga, tau gak cuy apa yang terjadi
dengan si Tello, dia rupanya sedang menangis, ya ampun.
Ah palingan dia nangis karna gak
punya duit, atau biasanya belum bayar uang semesteran, dan kalau dua hal itu sedang
dialaminya biasanya sih memang dia jadi pemdiam seperti ini. Tapi kok ya
tumben, pakek acara nangis-nangis segala. Aku jadi penasaran !.
“woy, lo kenopo kon?, ora nduwe duet
tah, atau durung mbayar semesteran?” (woy, lo kenapa kamu?, gak punya duit ya,
atau belum membeyar semesteran?). Tello tetap saja diam.
“Lo, kenopo kon?” (Lo, kenapa kamu?).
Tanyaku sekali lagi.
Sretttt, tiba-tiba ia, menjerit,
seperti suara pluit satpam, ataupun si
tukang parkir di jalanan, sehingga membuat telingaku serasa berdenging, “nging…
gitu bunyinya”, heee.
Lalu ia ngomel dalam teriakannya itu,
begini cuy omelannya:
“Gak, Popo !!!” (gak, kenapa-napa). Menjawab
pertanyaanku tadi.
“lah Lo, kok ngeno koe, ora biosone
koe koyok ngene?” (lah Lo, kok gitu kamu, gak biasanya kamu kayak gini?).
Tanyaku Kembali kepadanya.
Sontak dia malah menangis kencang.
“Hiiiii…. Hiiiiii…. Hiiiiii” tangisan
Tello.
“yah-yah-yah, ya ampun Lo, Kenopo to
koe ki?” (yah-yah-yah, ya ampun Lo, kenapa sih kamu ini). Aku semakin
penasaran dibuatnya.
Sambil menarik Nafas, lalu ia
mengarahkan kepalanya ke hadapanku, sambil berbicara dengan suara membentak.
“AKU DI TOLAK CEWEK”, Kemudian Ia menangis
Kembali.
Mendengar hal itu, akupun langsung
tertawa ceki-kian, huhaaaaa, sampai sakit rasanya perutku menahan tawa ini, lalu kembali lagi
aku meminta penjelasan tentang perkataannya itu.
“tenanne koe ditolak cewek?” (beneran
kamu ditolak cewek?) sambil terus aku tertawa.
“asem koe, aku iki lagi sedih, kok yo
malah di guyu” (asem kamu itu, aku ini lagi sedih, kok malah di ketawain). Tegas
Tello.
“yo lucu ae kon iku, iso juga ternyata
kon seneng karo wedoaan? Bahkan wani nembak cewek meneh, tapi akhir e di tolak juga, haaa,
tak kira kon iku maho sejati o, haaaaa” (ya lucu aja kamu tuh, bisa juga
ternyata kamu suka sama perempuan?, bahkan berani nembak cewek lagi, tapi akhirnya
di tolak juga, haaa, tak kira kamu itu maho sejati o, huhaaaa). Candaku padanya.
“Matamu soe, aku iki tenannan soe” (Matamu
soe aku ini benaran soe). Tegasnya kepadaku.
“oke-oke, terus saiki piye?” tanyaku
kepadanya.
Sejenak ia terdiam, mungkin sekitar ½ menit
gitu, lalu ia kembali berbicara, dengan kata-kata yang sedikit puitis.
“No Monney, No Women, No women, No Cray”
setelah kata-kata itu, lalu ia menangis kembali, tapi sebaliknya aku yang
tertawa terbahak-bahak. Haaaaa
“yah, begitulah wanita Lo, mungkin
kamu salah memilih punjaan hatimu itu” jelas ku padanya.
“maksud e opo Soe, koe ngomong ngono?!”
(maksudnya apa Soe, kamu ngomong seperti itu?!). dengan ekspresi agak marah.
“hohoo, ojo nesu sek to, nyantai ae
pak, ngene lo Lo, (hoho, jangan marah dulu, nyantai saja pak, gini lo Lo) cinta
itu memang pahit, apabila engkau makan bersama kulit-kulitnya, maka dari itu
kupaslah terlebih dahulu kulit cinta itu, agar engkau bisa menikmatai rasa
cinta yang sesungguhnya, heeee”.
“Alah sok puitis kon iku!” (alah sok
puitis kamu itu!). kata Tello
“loh-loh, gak percoyo kon iku, aku iki
wes berpengalaman, duduk koyok kon iku. Ngerti ora koe, angger setiap minggu
iki aku selalu menyimak kata-kata e pak Mario Teguh, ono siji kata-kata e seng
paling apik, rungok no yo? (loh-loh, gak percaya kamu itu, aku ini sudah
berpengalaman, bukan seperti kamu itu. Tau gak kamu, kalau setiap hari minggu
tu aku sesalau menyimak kata-katanya pak Mario Teguh, ada satu Kata-katanya
yang paling bagus, dengarkan ya?)
Cinta itu
adalah untuk saling menghormati, jadi kalau cinta tidak dapat salaing menghormati,
itu bukan jodoh cintamu. Hohoo, keren to?” (hohoo, keren kan?)
“lambemu kuwi, orep iku tak segampang
congore Mario Teguh, memang apo seng dikatak ne karo de’e iku apik, tapi koe
kudu ngerti juga nak takdir iku wes dewe-dewe, tergantung seko usahane ae” (bibir
mu itu, hidup itu tak segampang mulutnya Mario Teguh, memang apa yang dikatakan
oleh nya itu bagus, tapi kamu harus ngerti juga kalau takdir itu sudah
sendiri-sendiri, tergantung dari usahanya aj). Tepis Tello terhadap kata-kata Pak
Mario.
“Lah terus opo menurutmu cinta iku?”
(lah terus apa menurutmu cinta itu). Tanyaku kepanya.
“cinta itu adalah sesuatu yang
abstrak, baik rasa, warna, bentuk, dan lain sebagainya, cinta itu kadang bisa
membuat kita bahagia, namun tak jarang pula cinta dapat membuat kita merasa
sedih, koyok aku saiki, ikulah cinta. (kayak aku sekarang, itulah cinta). Penjelasan
soal cinta dari Tello.
“hohoo, hebat juga kon Lo, tak kiro
gak iso jatuh cinta kon iku, wong senenge ae karo lanangan og !, heeee” (hooo,
hebat juga kon Lo, ku kira gak bisa jatuh cinta kamu tuh, orang sukanya aja
sama laki-laki kok !, hee). Candaku kepadanya.
“asem, bagaimanapun bentuknya, setiap
manusia itu memiliki hasrat untuk memberi dan menerima cinta, tak terkecuali
seorang homo sekalipun, heeee”. Sambil ia tertawa kecil.
“yo wis saiki kon nyantai ae, isek
akeh og cewek-cewek seng ora matrek koyok pujaan hatimu kuwi, heee” (ya sudah
sekarang nyatai saja, masih banyak kok cewek-cewek yang gak matrek seperti
pujaan hatimu itu, hee). Nasehatku kepadanya.
“oke soe, koe iki memang my best
friend sejati, Thank you yoo.”
Emm, baguslah sekarang Tello sudah terlihat
cerah kembali, seperti tello yang biasanya.
“oke bro, aku akan selalu
mendukungmu.” Kataku kepadanya, dan dia pun kini terus tersenyum.
Setelah pembicayaan panjang lebar
tentang cinta bersama Tello tadi, tiba-tiba henponku bergetar-getar, oh
ternyata ada SMS. Emm kupikir.
What, kalian tau apa isi SMS nya,
bacalah dengan seksama:
(“Soe alias Soelaiman bin Umar, Maaf
aku tidak bisa menerima cintamu, karena aku sudah mendapatkan cowok yang lebih
pantas untuk mendampingiku, dan memberikan apa yang aku inginkan, tidak seperti
kamu, SELAMAT TINGGAL, Titik !!!”)
Jederrrr, serasara disambar petir
hatiku kini, ini adalah SMS dari Linda cewek yang sebulan lalu aku tembak, dan
ia menyuruh aku untuk menunggu jawaban cinta darinya. Tetapi jawabannya
ternyata adalah “Maaf anda belum memenuhi syarat” mungkin itulah kiasan kata
yang tepat untuk menggambarkan jawaban linda terhadap cintaku.
“haa………………, iiiiiiiiii,……..”. Aku
langsung menjerit dan sekarang aku yang berganti menangis, bahkan ini terjadi
dihadapan Tello.
“ini tidak adil.” Jeritku…
“No money, No women….” Ini kata-kata yang
keluar dari mulutku saat aku menangis sekarang.
Tiba-tiba, huhaaaaa, huhaaaaa,
huhaaaaaa, si Tello tertawa sangat kerasnya.
“Rasakno…, haaaaa, makannya jangan
coba-coba untuk bermain cinta kalau kita belum banyak money, apa lagi yang tidak
punya.” Dia terus tertawa.
Satu kata untuk hari ini, yang itu
diucapkan oleh kami berdua, tetapi dengan ekspresi yang berbeda “ NASIB KITA
SAMA BROO !!!”
By: Muhammad Sholihin, Sebuah Fiksi.
*Nantikan cerita-cerita Soe yang lainya: Soe (Soelaiman bin Umar)
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer